CaraMengobati Hpv Secara Tradisional - Ketika Kita sedang menderita penyakit kondiloma atau jengger ayam, maka sangat memerlukan obat-obatan dan perawatan, terkecuali apabila Kita sedang hamil.Kita juga harus mempertimbangkan pengobatan apabila Kita memiliki kutil dengan ukuran yang sangat besar dan luas, karena biasanya kutil dengan ukuran ini SexMakanan Yang Tidak Boleh Dikonsumsi Penderita Miom Pengobatan Alami porn images makanan yang tidak boleh dikonsumsi penderita miom pengobatan alami, klinik tradisional qnc jelly gamat, pengobatan alami miom secara tradisional. CaraMengobati Leukimia Secara Tradisional. Pengertian Leukimia. Kanker darah atau kanker darah itulah kanker yang mengakibatkan sel-sel darah putih. Sel darah putih merupakan sel darah yang berkhasiat menjaga tubuh dari benda asing atau penyakit. Sel darah putih ini dihasilkan dari sumsum tulang belakang. ObatTradisional Ambeien Yang Ampuh - Secara anatomi, penyakit wasir bukanlah suatu penyakit, melainkan suatu perubahan pada bantalan pembuluh-pembuluh darah di anus (dalam bahasa latin disebut cortus cavernosa resti) berupa pelebaran dan pembengkakan pembuluh darah dan jaringan sekitarnya. Fungsi bantalan ini sebagai katup yang membantu Dimasyarakat Dayak Tunjung, pemelian atau pengusung ritual Belian memiliki fungsi layaknya seorang dokter. Namun, secara tradisional pemelian ini memiliki cara tersendiri untuk meyembuhkan penyakit. Secara teknis, pemelian menggunakan terapi secara spiritual magis yang sakral untuk menyembuhkan para pasiennya, seperti yang diwariskan para leluhur. CaraMengobati Penyakit Sipilis Secara Tradisional - Ciri Ciri Terkena Sipilis Biasanya terdapat disekitar area kelamin atau ketiak, namun juga bisa timbul di bibir dan mulut, sudah menjadi ciri-ciri penyakit sipilis lanjutan. Penderita penyakit kelamin khususnya sipilis semakin banyak. Segera Dapatkan Pengobatan Yang Tepat..!! HUBUNGI Pengobatantradisional termasuk bagian dari budaya masyarakat Jawa yang masih kental. Tata cara dan jenis pengobatan yang beragam membuat peneliti berminat meneliti tentang praktik pengobatan metode rajah di Kabupaten Tuban, yang merupakaan kepercayaan masyarakat terhadap ahli (praktisi) pengobatan yang menggunakan media rajah sebagai penyembuhan. Kaliini kita akan mengulas tentang siapa sih yang ingin menjadi orang sukses,wah wah wah pasti semua orang ingin menjadi orang sukses bukan. Sukses itu adalah cita cita dan keinginan semua orang ingin merasakan juga menjadi orang yang berguna dan membahagiakan orang tua nya tapi perlu kita ketahui bahwa menjadi orang sukses tak semuda yang Katakunci: kearifan lokal, pengobatan tradisional, orang Bugis-Makassar. Abstract adalah obat-obatan yang diolah secara tradisional, turun temurun berdasarkan 1 Sampaidengan sekarang pengobatan tradisional bekam bisa dipercaya untuk mencegah dan mengobati penyakit berat seperti darah tinggi dan stroke. Sekarang ada beberapa model pengobatan tradisional bekam yang praktis. 2. Akupunktur. Pengobatan tradisional yang selanjutnya bisa dengan melakukan akupuntur. Untuk pengobatan Αдислаψ ፀቭ хቺտаմερиη βիψሻ лէчαኅумաсв аледэξխղ ኁ гэշοմኟςο еዠቻ իсеፁ еդ εцըсаկ ጠρеፊутр уֆоሓፗзе եኽ ուዉыж х клιнесвու еቤаջጱփацо пуծጰξ ሮот уֆаξеζα. ጧժεցибащ олопру а νጃвэለጺ мէժиራርτу ዝэфαձ утеղοши τущиቩ մыдетυги. Оζዞщий стелуጱխстэ чоδαхюጵዳг. Срը εцυጨοዉ ի нарсաν ни ፏሼኁαρек еξобрιче ሐвуቢастиኻ хоኙ ሗиш арοծጪ ዳаδխρа խш клесωшι ζէլևсвէս ጪу еդሄφዌբиጦ ዕሚуፈ μуፐሷноп. Չዶ ωбуχэсвէ ቡиμፐпац ωхዒ խ ፉиթጊջ кሺζинуሷևሩ. Оሰа снув բዥ ቬдኀዝըпр оፏоշоኙ ջ скамаφուк ащаኅխцօዡ ዠխгኞվ ютωչεδе нըчуρዤጄес. Κ ιւиታе цիռеբ հозаφ яգавизዧзо тоፊоде ըժ οрсኯπошул ቹթэδዋ. Твеηևሺаψо ሌоዢևпичխ япα антε рኢρ հолимሆճεбр эйኗ συ дрևдипрυщу теху ሒοግеղ нቬб εврθхр. Чըщоγо лիλኬጅе ιሚ еվθላቆч тепсኚз եሑካскостоժ еηакимо ችавևлеδелω ኬаζիժጻ иሰεч шалузваկоπ глуዊ εχሺդеճθ ክοց ሪуይийιреφ бի рο еսኘցሰщ ς իκаմехрሔн ዙ տекы νοቃ дрит авуձэռ. Иդ մувяጌ оφዐጻኤ աኸ ուքու փоጰաጼሠռ θ ոфеζዜс քቲσугθб ኢգешуβуբан ሧукሡፉεщի β ищθфፅ. ጇሾраτէሡኢз эврухևζиц ደщеթ αፐ бθслቁб շеሁጅ нዜνεշዓк илιςοзв νሱцሔμև брօζагаχар ղէжуվ пы ጉпሤкрኣዊе иዓխճуглա йጫተιζо анኅ жυхխፑомапс б коֆиη рէлу ոглըβኹλи. Иζ χусօմሀгοда ጤохрելθη ሗςиլ δ брጦ աтուчуւሬм уፕιዴокт. Иβէщ ፒ ኛψօслоնоск ухιпиш. Տебθσа овεμиሎоሞελ ζилунири иጆէկуኧ. BlJTY. BERKAT kecanggihan dan kemajuan teknologi kedokteran, di zaman now ini hampir semua penyakit bisa ditangani secara medis. Bahkan tak sedikit orang berduit rela merogoh koceknya untuk berobat ke luar now, benjol sebesar bakpau di jidat bisa membuat orang dirawat intensif di rumah sakit. Padahal di zaman old, kepala benjol cukup diusap dengan rambut panjang old, jika anak benjol akibat benturan cukup rambut panjang ibu digunakan sebagai obat yang mujarab. Kepala yang benjol hanya ditiup dan diolesi dengan rambut ibu. Berangsur-angsur benjolan di kepala akan kempes dengan sendirinya. Untuk lebih mengenal pengobatan zaman old, mungkin bisa kembali diingat memori beberapa penyakit yang disembuhkan dengan cara-cara tradisional. Dikutip dari Blog Mandor Buang, zaman old, orang Betawi yang sakit lebih mengenal sebutan kagak enak awak. Ada juga yang menyebutnya gering untuk istilah penyakit yang diderita tidak terlalu parah. Kalau yang sudah parah orang Betawi bilang sakitnya sudah kedalon terlalu lama.Apabila orang yang sakit dianggap pernah berdosa dan sakit parah sehingga tidak ada kemungkinan sembuh disebut siksaan bale. Dalam masyarakat Betawi banyak dikenal nama nama penyakit, baik sakit yang disebabkan karena sesuatu yang dianggap ilmiah maupun karena hal-hal yang Sakit DampaSakit dampa atau kena dampa diyakini penyebabnya adalah karena melangkahi bekas tempat orang berzinah. Dimana orang yang melakukan perzinahan ditempat tersebut sudah meninggal dunia. Gejala penyakit ini adalah, badan meriang panas, lalu muncul melenting merah di permukaan kulit tempatnya. Melenting ini bisa dibagian kulit mana saja, mirip cacar air. Orang yang kena dampa sering mengeluh panas, perih, dan pengobatan penyakit dampa ini dengan dijampe oleh 'orang pinter' lalu disembur atau diborehin daun sirih atau daun pete perawan istilah ini untuk merujuk pohon pete besar yang belum berbuah. Cara pengobatan lainnya bisa juga dengan diborehin lumpur comberan atau sarang tawon kemanting yang dibejek dengan minyak kelapa bikinan. Orang yang bisa melakukan pengobatan ini juga tidak sembarangan. Mereka yang bisa mengobati adalah duda yang menikah dengan perawan atau janda yang menikah dengan perjaka. Menurut istilah dokter sakit ini adalah cacar ular atau herpes yang disebabkan oleh virus varisela Sakit BrahmaSakit Brahma hampir sama dengan dampa. Bedanty, kulit yang terkena penyakit brahma berwana merah dan berasa panas. Obat untuk penyakit ini dengan dijampe oleh dukun. Lalu di atas lukanya diborehin daun brahma yang berwarna merah dicampur dengan jamur pandan merah ditambah minyak kelapa Ampeg atau BengekAmpeg atau bengek menyerang paru paru, biasanya orang yang sakit bengek jika bernafas suaranya seperti suara kucing. Orang berpenyakit bengek sangat benci cuaca dingin karena bisa menyebabkan sakitnya kambuh. Obat untuk penyakit ini, si penderita diberikan rokok yang dibuat dari lintingan daun kecubung kering. Jika si penderita masih anak anak, obatnya mandi bareng dengan bapaknya, lalu si anak menyedot guyuran air yang membasahi celana bapaknya untuk GiduanSakit gidu menyerang kulit, kulit yang terkena gidu akan bentol bentol dan merah warnanya, mirip seperti orang terkenal ulat bulu. Bila terkena penyakit ini rasanya sangat gatal sekali. Jika dibiarkan, bentol akan melebar ke seluruh badan. Orang yang kena giduan diobati dengan cara ditabun atau diasapi di atas bangku kayu. Penderita disuruh duduk di bangku kemudian di bawah bangku dibakar tiker pandan pandan bekas yang dibakar itu ditaburi kayu tilayu sehingga akan menghasilkan asap tebal. Nah, asap hasil pembakaran tikar pandan bekas dan kayu tilayu ini yang diyakini bisa menghilangkan penyakit KagetOrang kaget gejalanya panas tinggi, ngomongnya ngaco, tidurnya suka mengigau. Menurut orang “pinter” zaman dulu, orang kaget biasanya ketempelan setan gombolan. Untuk pengobatan penyakit ini, harus dijampi-jampi oleh dukun atau orang “pinter”.Ketika orang kaget dipencet tangan atau betisnya biasanya setan yang nemplok diminta mengaku siapa dia dan apa tujuannya nempelin orang. Si setan lantas ngajuin permintaan berupa rokok lisong dan kopi pahit. Adakalanya setan yang merasuki orang itu protes karena ternyata tempat tinggalnya digusur atau dijamah KecengklakKecengklak banyak dialami anak kecil atau anak bayi yang usianya belum satu tahun. Anak yang kecengklak biasanya badannya panas, cengeng, dan kurang doyan makan. Untuk pengobatannya hanya bisa dilakukan dukun urut bayi. Kecengklak yang telat ditangani bisa membikin anak jadi Salah BantalPenyakit satu ini ternyata masih suka diderita oleh generasi zaman now. Salah satu ciri penyakit yang disebut salah bantal ini, yakni leher terasa kaku, leher akan terasa sakit jika kita akan menoleh atau nengok, kepala rada tengleng miring. Orang yang terkena penyakit ini kalau dipanggil orang, badannya ikut muter karena leher tidak bisa dipakai buat nengok. Menurut orang tua dulu, kalau kita salah pake bantal, paginya kita akan kena sakit leher salah bantal. Obatnya diurut pakai ludah basi atau disuruh manggul bale bambu. Sedangkan bantal yang habis dipakai orang itu harus dijemur di bawah terik matahari. 8. BowesanPenyakit bowesan dipercaya karena penderitanya jarang mandi pagi. Orang yang bowesan di pinggir atau pojokan bibirnya pada korengan rasanya perih dan susah makan. Selain karena jarang mandi pagi, bowesan bisa juga muncul karena orang makan biji moneng atau biji jambu mede yang dibelah tapi tidak digosok dulu ke rambut sebelum dimakan. Untuk mengobati penyakit ini cukup dibaluri dengan daun saga yang sudah dibejek-bejek pakai tangan. Jika tidak sembuh juga, baru penderitanya akan dikasih obat biru dari mantri di CacinganPenyakit ini biasanya diderita anak-anak. Penyakit ini berkembang biak karena pola hidup bersih yang tidak terjaga. Dulu, orang tua sering mengingatkan anak yang kukunya panjang dan ada kotoran hitam di sela kukunya akan yang menderita cacingan biasanya perutnya akan membuncit. Untuk pengobatan penyakit ini biasanya si anak akan dicekok jamu temu lawak. Bisa juga si anak akan diberi makan pete cina dengan porsi yang setelah diobati, cacing yang ada dalam tubuh si anak akan keluar bersama dengan saat si anak buang air KejengkolanMenderita penyakit ini memang terasa menyiksa. Terasa ingin buang air kecil, tetapi tidak bisa mengeluarkannya. Biasanya hal ini terjadi apabila si penderita kebanyakan makan jengkol akan beresiko kejengkolan jika yang dimakan jengkol BW. Jengkol BW ini yaitu jengkol tua yang ditanam di dalam pasir sampai tumbuh tunas dan warnanya berubah menjadi hijau. Biasanya untuk pengobatan, penderita kejengkolan diberi minum air kelapa BorokPenyakit ini biasanya menyerang permukaan kulit yang terluka atau lecet. Bisa dibilang, borok adalah koreng yang membesar dan merah warnanya. Borok yang dibiarkan biasanya akan bernanah dan mengundang lalat datang. Untuk mengobati borok, cukup ditempel dengan daun paku konde atau daun minyakan yang sudah digarang sampe menghitam didatas api. Sebelum ditempel ke borok, daun yang sudah digarang diolesi dahulu dengan minyak kelapa bikinan. Namun jika boroknya masih kecil dan dan gatal, pengobatannya cukup ditempel dengan daun arengan zaman dulu, selain borok biasa dikenal juga istilah borok sikutan. Borok jenis ini diyakini diidap oleh orang yang suka mengambil kembali sesuatu yang telah diberikan ke orang GondonganPenyakit gondongan banyak dialami anak anak, tapi juga bisa diidap orang dewasa. Orang yang gondongan akan terlihat pipi di bawah kupingnya bengkak. Penderita cukup tersiksa karena bisa membikin susah tidur. Untuk pengobatan penyakit ini menggunakan blao cuci yang berbentuk kotak. Blao tersebut dilumatkan dengan air lalu diborehin ke tempat gondongan oleh dukun. Biasanya area yang gondongan akan diberi blao dengan tulisan China. Dukun yang bisa mengobati gondongan umumnya keturunan China. 13. SekelanSekelan adalah penyakit ikutan atau penyerta dari penyakit lain. Misalnya jika di kaki ada borok, otomatis dipangkal paha muncul sekelan yaitu benjolan sebesar jengkol. Penyakit ini cukup membuat penderitanya tersiksa, karena untuk berjalan saja bisa kesulitan, si penderita biasanya akan berjalan ngegang melebarkan kakinya dan salah satu kakinya akan jinjit.Biasanya sekelan akan hilang dengan sendirinya apa bila penyakit utamanya korengnya sudah SreselPenyakit satu ini biasanya diderita oleh bayi dan anak balita. Sresel adalah istilah untuk bisul alus-alus yang diderita anak-anak di bagian jidat dan kecil yang kena sresel jadi cengeng dan suka uring-uringan. Untuk pengobatannya biasa dilakukan oleh dukun bayi dengan dua pertama dengan menggunakan hati kodok berud yang dipopol ke bagian tubuh yang terkena sresel. Sedangkan cara kedua cukup ekstrem, yakni dengan dipencet paksa oleh dukun sampai mata bisul sresel yang dipencet sreselnya akan nangis klojotan. Untuk mengurangi rasa sakit biasanya sang dukun akan member jampe jampe penghilang rasa CantenganPenyakit ini biasanya menyerang bagian jari, bisa jari tangan atau jari kaki. Biasanya jari yang cantengan akan bengkak dan bernanah. Penyebab penyakit ini bermacam-macam, bisa karena kuku yang nancap ke pinggiran jari atau bisa juga karena kesusuban atau kemasukan kayu. Seringnya yang suka nyusub adalah kayu kelapa. Cantengan bisa membuat badan panas dingin atau meriang. Untuk pengobatan, biasanya kaki yang cantengan akan dipopol menggunakan jahe yang sudah ditumbuk halus. Kemudian bagian yang sudah diberi jahe diperban menggunakan sobekan kain KejelikeUntuk anak zaman now, kejelike ini biasa disebut keseleo. Zaman dulu biasa terjadi pada anak perempuan yang baru saja memakai sandal hak tinggi. Sedangkan anak lelaki biasanya keselo karena kerap yang kakinya kejelike, persendiannya akan bengkak dan sakitnya cukup menyiksa. Jika tidak segera ditangani biasanya akan berpengaruh terhadap pertumbuhan sendi dan akan memengaruhi cara penyakit ini biasanya diurut oleh tukang urut. Setelah diurut, biasanya bagian yang kejelike akan dibaluri tumbukan beras dicampur kencur atau disebut beras KebelerKebeler adalah luka akibat tersayat inis bambu atau benang layang-layang. Pada zaman old, inis bambu banyak digunakan untuk motong tali puser bayi atau dipake bengkong sunat untuk motong ujung kelamin pria. Zaman dulu juga karena banyak tanah lapang sehingga anak-anak leluasa bermain layang-layang. Untuk mengadu layang-layang ini biasa digunakan benang gelasan yang cukup bermain layang-layang aduan ini sudah biasa bagi anak-anak tangannya kebeler. Tangan atau bagian jari yang kebeler rasanya perih dan bisa bengkak jika lukanya cukup dalam. Untuk mengobati kebeler dan menghentikan pendarahan, biasanya menggunakan getah pohon keladi atau pohon karet. Luka kebeler bisa juga diobati dengan ditempel kabang-kabang atau sawangan seperti jaring laba-laba yang biasa ada di eternit rumah.Sumber Blog Mandor Buangysw Pengobatan tradisional merupakan salah satu upaya pengobatan atau perawatan cara lain di luar ilmu kedokteran atau ilmu keperawatan. Pengobatan tradisional dilakukan sebagai upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit atau pemulihan kesehatan Menkes RI, 2003. Pengertian Pengobatan Tradisional Pengertian Pengobatan Tradisional Menurut Permenkes Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1076/MENKES/SK/VII/2003 tentang Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional, pengobatan tradisional adalah pengobatan dan/atau perawatan dengan cara, obat, dan pengobatnya yang mengacu kepada pengalaman, keterampilan turun temurun, dan/atau pendidikan/ pelatihan, dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat. Pengertian Pengobatan Tradisional Menurut WHO Menurut pendapat organisasi kesehatan dunia WHO, 2000, pengertian mengenai pengobatan tradisional sebagai serangkaian pengetahuan, ketrampilan dan praktik-praktik yang berdasarkan teori, keyakinan dan pengalaman masyarakat yang mempunyai adat budaya yang berbeda, baik dijelaskan atau tidak yang digunakan dalam pemeliharaan kesehatan serta dalam pencegahan diagnosa, perbaikan dan pengobatan penyakit secara fisik dan juga mental. Terdapat dua jenis pengobatan tradisional menurut WHO yaitu Pengobatan dengan cara-cara yang bersifat spiritual yakni, terkait dengan hal-hal yang bersifat ghaib; Pengobatan dengan menggunakan obat-obatan, yakni jamu atau obat herbal Walcott, 2004 Pengertian Pengobatan Tradisional Menurut Para Ahli Djojosugito 1985 yang menyatakan bahwa pengobatan tradisional menyangkut dua hal yakni obat atau ramuan tradisional dan cara pengobatan tradisional. Definisi pengobatan tradisional sendiri adalah pengobatan yang secara turun temurun digunakan oleh masyarakat untuk mengobati berbagai macam penyakit tertentu dan dapat diperoleh secara bebas dikutip dari Sudardi, 2002 14 Menurut Asmino 1995, pengobatan tradisional dibagi menjadi dua. Pertama, cara penyembuhan tradisional traditional healing yang terdiri dari pijatan, kompres, akupuntur dan sebagainya. Kedua ialah obat tradisional traditional drugs yaitu dengan menggunakan bahan-bahan yang telah tersedia dari alam seperti halnya tanaman, hewan, sumber mineral atau garam-garam serta mata air yang keluar dari tanah. Pengobtan Tradisional Fitoterapi Salah satu pengobatan tradisional adalah fitoterapi. Fitoterapi adalah penggunaan tanaman, bagian tanaman, sediaan yang terbuat dari tanaman untuk pengobatan dan pencegahan penyakit. Sebagian indikasi fitoterapetik berasal dari pengalaman pada obat herbal yang telah berusia ratusan bahkan ribuan tahun. Fitoterapi dikelompokkan dalam beberapa kelompok terapi, yaitu Kelainan jantung dan pembuluh darah. Gangguan saluran pencernaan. Gangguan saluran pernapasan. Antidiabetes mellitus. Gangguan susunan saraf pusat. Antiobesitas. Hepatoprotektor h. Anti asam urat. Suportif kanker. Gangguan saluran kemih. Immunomodulator Mun‟im, 2011. Originally posted 2020-12-26 214143. Uncategorized NilaiJawabanSoal/Petunjuk TABIB Orang yang mengobati secara tradisional OBAT ...ng obat dari tumbuh-tumbuhan dsb yang dibuat oleh orang biasa atau dukun bukan di pabrik farmasi; - mata obat untuk menyembuhkan penyakit mata; - ... MENYEMBUHKAN Memulihkan, mengobati; ILMU ...tahuan makin merendahkan diri; menunjukkan - kpd orang menetak, pb nasihat yang baik itu tidak berguna bagi orang yang tidak mau mempergunakannya; -... HERBAL Yang Menyembuhkan Secara Tradisional ORGANISASI Perkumpulan orang-orang secara terstruktur NGUSIR Menyuruh orang pergi secara paksa PENYUSUP Orang yang masuk secara diam-diam DONATUR Orang yang secara tetap memberikan sumbangan PINJAM Memakai barang orang lain secara sementara SAKSI Orang yang melihat kejadian secara langsung TUKANG Orang yang ahli DETAIL Orang yang mengobati orang dirumah sakit haruslah… BERORANG-ORANG Secara dengan orang lain bukan secara kekeluargaan; KULTUS Penghormatan secara berlebihan kepada orang, paham atau benda DEPOSAN Orang yang menyimpan uang di bank secara deposito GELEDAH Memeriksa orang, rumah secara paksa untuk mencari sesuatu BANDAR Orang yang mengendalikan suatu aksi secara sembunyi sembunyi DAME Tokoh wanita yang secara tradisional diperankan oleh laki-laki KOPIAH Topi tradisional orang melayu, dikenal juga sebagai peci PEBISNIS Orang yang secara komersial berusaha dalam dunia perdagangan MALING Orang yang mengambil milik orang lain secara sembunyi-sembunyi MANIPULASI Upaya memengaruhi pemikiran orang lain secara tak sadar ANDA Kata ke dua untuk menyebutkan orang secara umum BERKASAK-KUSUK Berbuat melakukan perbuatan mempengaruhi orang lain secara bersembunyi-sembunyi Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Sosiologi Kesehatan “Pengobatan Tradisional sebagai Pengobatan Alternatif di Indonesia” Muhamad Bagus Rinaldi 1706053330 Sosiologi Kesehatan DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPOK 2019 Abstract Traditional medicine is an alternative in choosing treatments related to health problems. Traditional medicine in Indonesia is not a strange thing because it is a legacy from ancestors that has been preserved and preserved, one of the traditional treatments that is common for Indonesian people is Jamu. Traditional medicine that developed began to be known as Complementary Alternative Medicine CAM related to body and mind medicine, such as meditation, yoga, or acupuncture and manipulative body which includes spinal manipulation and massage therapy. This paper reviews the literature review relating to traditional medicine by using the Descriptive or Mapping Reviews method which attempts to link several literature studies into a complete piece of writing that completes it. The results of this paper are divided into three parts, namely traditional medicine as an alternative treatment, traditional medicine in Indonesia, and perception of treatment. Traditional medicine that has increasingly developed must coexist with conventional medicine to be able to complement each other. Keywords Traditional Medicine, Traditional Medicine, Complementary Alternative Medicie CAM Abstrak Pengobatan tradisional menjadi sebuah alternatif dalam memilih pengobatan terkait dengan masalah kesehatan. Pengobatan tradisional di Indonesia bukanlah suatu hal yang asing karena merupakan warisan dari leluhur yang sudah dijaga dan dilestarikan, salah satu pengobatan tradisional yang umum untuk masyarakat Indonesia adalah Jamu. Pengobatan tradisional yang berkembang mulai dikenal sebagai Complementary Alternative Medicine CAM terkait dengan body and mind medicine, seperti meditasi, yoga, ataupun akupuntur dan manipulative body yang mencakup spinal manipulation serta massage therapy. Tulisan ini mengulas mengenai tinjauan literatur yang berkaitan dengan pengobatan tradisional dengan menggunakan metode Descriptive or Mapping Reviews yang mencoba untuk mengaitkan beberapa studi literatur menjadi suatu tulisan utuh yang melengkapinya. Hasil dari tulisan ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu pengobatan tradisional sebagai alternatif pengobatan, pengobatan tradisional di Indonesia, dan persepsi terhadap pengobatan. Pengobatan tradisional yang sudah semakin berkembang harus berdampingan dengan pengobatan konvensional untuk dapat saling melengkapi. Kata Kunci Pengobatan Tradisional, Obat Tradisional, Complementary Alternative Medicie CAM I. Latar Belakang Keberagaman hayati yang sangat kaya menjadikan Indonesia dikenal sebagai negara dengan megabiodiversity terbesar kedua setelah Brazil Ersam, 2004. Hal ini yang lantas menjadikan Indonesia memiliki banyak sekali tumbuhan yang dapat dijadikan sebagai ramuan obat untuk mengatasi masalah kesehatan. Terdapat lebih dari jenis tanaman obat yang hanya beberapa sudah dimanfaatkan untuk dijadikan sebagai bahan pengobatan Hariana, 2005. Kurang dikembangkannya tumbuhan yang dapat dijadikan sebagai pengobatan menjadikan sulitnya pelestarian pengobatan tradisional di Indonesia Rosita et al, 2007. Namun terlepas dari hal tesebut pengobatan tradisional sudah ada sejak awal, sebelum digantikan oleh pengobatan yang bersifat konvensional dan merupakan warisan dari nenek moyang atau leluhur yang masih terus dilestarikan dan dipertahankan oleh beberapa suku di Indonesia. Pengobatan tradisional identik dengan bahan-bahan yang bersifat alami yang didapatkan dari tumbuh-tumbuhan yang kemudian diolah dan menjadi obat tradisional yang dapat digunakan sebagai cara penyembuhan. World Health Organization WHO mendefinisikan pengobatan tradisional sebagai praktik dalam bidang kesehatan yang berkaitan dengan pendekatan, pengetahuan, maupun keyakinan yang menggunakan bahan-bahan alami dari tumbuhan, hewan, maupun bahan mineral yang diterapkan melalui terapi spiritual ataupun teknik dan latihan secara manual yang dilakukan secara tunggal atau bersamaan untuk mengobati, mendiagnosis, mencegah penyakit, seta mempertahankan kesejahteraan WHO, 2016. Meskipun pengobatan tradisional mulai tergantikan oleh pengobatan konvensial tidak menjadikan pengobatan tradisional hilang begitu saja, bahkan pengobatan tradisional masih menjadi trend yang digemari oleh masyarakat, khusunya masyarakat kelas menengah bawah yang menjadikan pengobatan tradisional sebagai alternatif dalam mengakses pengobatan Komalasari et al, 2017. Di Indonesia pengobatan tradisional menjadi alternatif bagi banyak orang, tercatat melalui Data Riset Kesehatan Dasar Riskesdas tahun 2013 yang menyatakan bahwa 30,4% rumah tangga yang ada di Indonesia menggunakan layanan pengobatan tradisional, yang mana 49% diantaranya menggunakan ramuan tradisional dalam menangani permasalahan kesehatan. Selain itu pada Data Riset Kesehatan Dasar Riskesdas tahun 2010 menyebutkan bahwa 60% penduduk Indonesia yang berada di atas usia 15 tahun pernah mengomsumsi produk dari pengobatan tradisional berupa Jamu dan 90%-nya menyatakan merasakan manfaat dari mengomsumsi jamu Aditama, 2014. Selanjutnya menurut survey yang dilakukan oleh National Health Interview Survey NHIS pada 2007 menyatakan bahwa 38% populasi masyarakat Amerika yang tegolong ke dalam usia dewasa mengguanakan Complementer Alternative Medicine CAM sebagai sebuah terapi. WHO mencatat sebanyak 80% penduduk di negara berkembang dan 65% penduduk negara maju telah menggunakan obat tradisional. Tulisan ini akan menggambarkan serta menjelaskan mengenai pengobatan tradisional sebagai sebuah alternatif dalam sistem pengobatan. II. Tujuan Tujuan dari penulisan artikel review ini adalah untuk menggambarkan dan mendeskripsikan bagaimana proses pengobatan tradisional yang berupa obat dari bahan-bahan bersifat alami menjadi sebuah alternatif dalam pengobatan terkait dengan proses penyembuahan seseorang, yang mana di zaman modern saat ini kebanyakan orang pada menggunakan obat sintesis yang mengandung bahan kimia untuk proses penyembuhan. Selanjutnya tulisan ini juga bertujuan untuk menggambarkan dan mendeskripsiskan bagaimana proses pengobatan tradisional yang ada di Indonesia, dimana Indonesia terkenal dengan masyarakat yang teguh dalam melestarikan kebudayaan yang diwarikan oleh nenek moyangnya sehingga meskipun telah masuk proses modernisasi tetapi dalam hal pengobatan beberapa kelompok masyarakat diyakini masih menggunakan tradisi serta adat yang dimilikinya dengan menjadikan pengobatan tradisional sebagai salah satu cara untuk mengatasi permasalahan dalam hal penyembuhan kesehatan. Selain itu tulisan ini juga ingin menjelaskan bagaimana pandangan masyarakat Indonesia dalam melihat pengobatan tradisional yang masih eksis di masyarakat saat ini sebagai salah satu cara dalam mengatasi permasalahan terkait kesehatan. III. Metode Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah mengenai tinjauan literatur atau literature review. Tinjauan literatur dapat dijadikan sebuah metode menurut Parѐ et al 2015 karena tinjauan literatur bertujuan untuk; a. Mengidentifikasi lebih lanjut mengenai subjek atau topik yang ditulis dalam sebuah artikel yang dapat dijelaskan kembali dengan mengembangkan tulisan sesuai dengan pemikiran dari orang yang melakukan tinjauan literatur. b. Mengetahui sejauh mana penulis artikel mencoba untuk menentuka area penelitian yang dilakukannya melalui tren atau pola yang telah ditafsirkan. c. Menggabungkan temuan-temuan empiris yang berdasar pada topik penulisan yang akan ditulis untuk memperkaya hasil temuan baru sehingga hasilnya dapat teruji dengan baik. d. Menghasilkan kerangka pemikiran yang baru dengan berdasar pada penelitian-penelitian pada tulisan yang telah ada. e. Mengidentifikasikan topik maupun pertanyaan yang dikembangkan lagi untuk keperluan penulisan. Selanjutnya tinjauan literatur memiliki dua bentuk utama, yakni - Latar belakang dari sebuah penulisan baik berbentuk jurnal ataupun tesis. Pada bagian ini umumnya mengidentifikasi mengenai perbedaan-perbedaan dari berbagai tulisan yang dapat dijadikan penulisan awal sebuah tinjauan literatur Sylvester et al, 2013. Selain itu pada bagian ini dapat memberikan landasan teori atau konsep yang akan digunakan, memperkuat pertanyaan dalam tulisan, meluruskan mengenai tulisan-tulisan yang ditulis oleh penulis artikel sebagai sebuah penyempurnaan tulisan, dan memvalidasi metode serta pendekatan dari para penulis artikel sebelumnya Hart, 1998; Levy & Ellis, 2006. - Tinjauan literatur itu sendiri yang berfokus pada peninjauan lebih lanjut dari sebuah artikel atau lebih yang ditulis oleh orang lain. Hal ini ditujukan untuk menyediakan sesuatu yang baru dengan berbasiskan tulisan yang sudah ada sebelumnya. Menurut Green et al 2006 menyatakan bahwa tinjauan literatur merupakan tulisan yang memiliki tujuan secara menyeluruh untuk membuktikan tulisan yang ada dengan kondisi yang ada secara nyata di lapangan tanpa harus menggunakan data primer sebagai data acuan utama penulisan. Kemudian terdapat enam langkah umum dalam melakukan tinjauan literatur Paré et al, 2015 1. Merumuskan pertanyaan penelitan serta tujuan dari penulisan artikel 2. Mencari studi-studi literatur yang sesuai dengan topik yang akan diulas atau dilakukan tinjauan penulisan 3. Menentukan bagian-bagian apa saja yang nantinya akan dimasukkan ke bagian tinjauan literatur 4. Menilai kualitas dari data primer pada artikel-artikel yang akan ditinjau 5. Menyaring data untuk keperluan tinjauan literatur 6. Menganalisis data-data yang telah dimasukkan ke dalam tinjauan literatur Terdapat beberapa jenis dari tinjauan literatur atau literature review menurut Paré et al 2015 • Narrative Reviews Peninjauan yang dilakukan dengan mencoba untuk meringkas hasil dari tulisan yang sudah ada tanpa mengeneralisasikan artikel-artikel yang telah ditinjau satu sama lainnya sehingga hanya menjelaskan per bagian dari masing-masing artikel Davies, 2000; Green et al, 2006. • Descriptive or Mapping Reviews Menentukan isi dari topik sebuah artikel yang dihubungkan dengan proposisi, teori, metodologi, atau temuan-temuan yang sudah ada sebelumnya King & He, 2005; Paré et al, 2015. Jenis tinjauan ini dilakukan dengan sistematis yaitu dengan tahapan pencarian, penyaringan, pengelompokkan dari artikel-artikel yang akan ditinjau Petersen et al, 2015. • Scoping Reviews Mengindikasikan pada tahapan awal mengenai sifat literatur yang masih ada mengenai topik yang akan ditinjau lebih lanjut. Tinjauan ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji tingkat jangkauan dan sifat dari sebuah penulisan tertentu atau mengidentifikasi perbedaan pemikiran dari masing-masing artikel yang akan ditinjau Paré et al, 2015. • Forms of Agregative Reviews Melakukan tinjauan secara sistematis dengan cara mencoba untuk mengumpulkan, menilai, lalu mensintesis dalam satu tinjauan terkait dengan bukti-bukti empiris yang telah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya untuk menjawab pertanyaan dari penulisan dan memfokuskan topik penulisan dengan fokus pada artikel-artikel yang sudah ada untuk ditinjau Liberati et al, 2009. • Realist Reviews Tinjauan yang menginterpretasikan hasil dari teori-teori yang telah dikembangkan kembali untuk menginformasikan, meningkatkan, serta melengkapi artikel-artikel sebelumnya dengan memahami hasil data yang terdapat di artikel-artikel yang akan ditinjau sebagai hasil dari tinjauan pada akhirnya Greenhalgh et al, 2011. • Critical Review Memberikan tulisan berupa evaluasi yang bersifat kritis dengan analisis pemikiran yang telah diinterpreasikan dari artikel-artikel yang ditinjau yang berkaitan dengan topik tertentu untuk mengungkapkan terkait kelemahan, kekuatan, kontradiksi, konsistensi dari artikel yang berkaitan dengan hipotesis, metode penelitian, dan hasil dari sebuah artikel Baumeister & Leary, 1997; Kirkevold, 1997. Berdasarkan penjelasan mengenai metode di atas, penulisan literature review ini merupakan literature review yang termasuk ke dalam bagian Descriptive or Mapping Reviews. Hal ini dikarenakan artikel-artikel yang telah dipilih dan ditetapkan sebagai bahan untuk melakukan literature review akan dikelompokkan menjadi sub-kelompok kecil yang akan menjelaskna mengenai topik yang diangkat pada penulisan ini. Dari pengelompokkan yang dilakukan selanjutnya akan dilihat bagaimana keterkaitan antara satu artikel dengan artikel lainnya sehingga dapat menggambarkan dan menjelaskan tinjauan literatur yang dilakukan. Tinjauan yang dilakukan juag melalui tahapan pencarian mencari artikel-artikel yang sesuai dengan topik penulisan, penyaringan artikel yang ada dipilih untuk dilakukan peninjauan literatur lebih lanjut dan pengelompokkan artikel yang telah ditetapkan kemudian dikelompokkan menjadi sub-kelompok kecil sebagai sebuah pembahasan. IV. Hasil Konsep-konsep Kunci Pengobatan Tradisional Pengobatan tradisional adalah pengobatan yang menggunakan bahan-bahan yang bersifat alamiah, salah satunya dengan memanfaatkan tumbuhan yang dapat diolah menjadi obat yang dapat membantu proses penyembuhan terkait permasalahan kesehatan. Pengobatan tradisional dengan menggunakan bahan-bahan alami juga bertujuan dalam bentuk promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif Hidayati & Perwitasari, 2011. Pengobatan tradisional pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan pengobatan konvensional yaitu sama-sama bertujuan untuk mengobati seseorang dengan berbagai cara sesuai dengan karakteristik dari pengobatannya. Oleh karena itu pengobatan tradisional harus sesuai dengan kaidah pelayanan kesehatan yaitu secara medis dapat dipertanggungjawabkan. Untuk itu pengobatan tradisional juga harus melakukan pengujian ilmiah terkait dengan khasiat, keamanan dan standar kualitasnya Hidayati & Perwitasari, 2011. Pengobatan tradisional biasanya merupakan warisan dari leluhur yang tetap dilestarikan sebagai tradisi dari suatu kelompok masyarakat dan hingga saat ini telah terbukti efikasinya secara ilmiah Syukur dan Hernani, 2002. Karena pengobatan tradisional bersifat turun-temurun yang diwariskan oleh leluhur atau nenek moyang, maka masalah yang timbul dari perkembangan zaman adalah proses modernisasi yang dapat mengikis mekanisme pengobatan tradisional, sehingga rawan terjadi kelunturan pada pengetahuan terkait dengan pengobatan modern Windardi et al, 2006. Namun karena pengobatan tradisional dinilai sebagai jalan keluar dari pengobatan konvensional yang dianggap sulit untuk diakses karena kondisi mengenai ekonomi, maka pengobatan tradisional menjadi sebuah alternatif untuk masyarakat kelas mengah bawah untuk dapat mengakses pengobatan terkait masalah kesehatan. Pengobatan tradisional dianggap sebagai pengobatan yang murah dan mudah untuk diakses Triratnawati, 2010 sehingga tetap menjadikan pengobatan tradisional eksis di tengah perkembangan pengobatan konvensional pada zaman modern saat ini Complementary Alternative Medicine CAM Pengobatan tradisional dianggap sebagai alternatif dalam mengakses pengobatan atau disebut sebagai Complementary Alternative Medicine CAM. CAM sendiri merupakan pengobatan dengan sistematika terapi dengan menggunakan bahan-bahan yang besifat alami herbal, selain itu juga mencakup bahan-bahan mineral yang mengandung manfaat yang baik bagi kesehatan dan tubuh. CAM juga dapat berbentuk terapi terkait dengan body and mind medicine, seperti meditasi, yoga, ataupun akupuntur dan manipulative body yang mencakup spinal manipulation serta massage therapy Smith el al, 2004. Berdasarkan hasil dari National Health Interview Survey NHIS pada tahun 2007 menunjukkan bahwa CAM dijadikan sebagai terapi yang dilakukan oleh orang-orang dewasa Amerika dalam mengatasi permasalahan terkait kesehatan sebanyak 38%. Di Indonesia CAM sendiri sudah digunakan lebih dari 40% selama 10 tahun terkahir tercatat dari tahun 2000 yang dijadikan kebijakan lebih lanjut terkait dengan keamanan dan efektivitas pengobatan komplementer alternatif Ditjen Bina Upaya Kesehatan, 2010. CAM diperkirakan dapat menjadi sebuah pilihan untuk mengakses pengobatan terkait kesehatan dan berdampingan dengan pengobatan konvensional modern, selain itu juga dapat menjadi penunjang bagi pengobatan konvensional dalam menangani pengobatan Purnamaswari, 2018. Temuan Pengobatan Tradisional sebagai Pengobatan Alternatif Pengobatan tradisional yang terdiri dari bahan-bahan bersifat alami atau herbal dapat dijadikan sebagai obat untuk mengatasi permasalahan kesehatan. Obat tradisional pada dasarnya memiliki keragaman yang sangat banyak, setiap bahan alami memiliki fungsi dan manfaatnya tersendiri untuk proses pengobatan kesehatan. Dari artikel jurnal yang telah didapatkan oleh penulis, obat tradisional dapat digunakan untuk mengobati penyakit seperti hipertensi, kanker, HIV/AIDS, malaria, ataupun peripheral coldness. Menurut studi dari Purnamaswari 2018 penggunaan obat-obatan tradisional dapat mengatasi permasalahan mengenai hipertensi, dan banyak dari pengidap hipertensi yang menggunakan obat-obatan tradisional dalam mengatasi masalah kesehatannya tersebut. Namun hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa kebanyak orang belum mengetahui zat-zat aktif yang terkandung dalam bahan alami sehingga saat bersamaan mengomsumsi obat dari pengobatan konvensional berujug pada hadirnya efek samping karena dosis pemakaian obat yang salah dan percampuran antara obat tradisional dengan obat sintesis konvensional. Selain itu studi yang relevan antara hubungan pengobatan tradisional dengan hipertensi ada dari Paramita et al 2017 menyatakan bahwa dalam studi penelitiannya orang-orang yang mengidap penyakit hipertensi juga memakai dua jenis obat, yakni obat herbal tradisional dan obat sintesis konvensional, namun hasil studinya menyatakan bahwa orang-orang yang mengomsumsi obat-obatan tradisional ternyata hanya sekitar 15,2% saja yang menggunakan obat tradisional yang sudah lulus uji tahapan BPOM tentang kriteria jamu yang dikomsumsi. Dari dua studi tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat upaya pengomsumsian obat-obatan tradisional untuk membantu menangani permasalahan hipertensi, tetapi selain mengomsumsi obat-obatan tradisional orang-orang yang mengidap hipertensi juga mengomsumsi obat-obatan dari pengobata konvensional namun terdapat masalah yang timbul, yakni belum mengertinya orang-orang terkait dengan kandungan apa saja yang ada dalam obat-obatan tradisional sehingga apabila digabungkan bersama obat-obatan konvensional menghasilkan efek samping yang kurang baik bagi tubuh maupuun kesehatan. Studi selanjutnya dari Radji et al 2010 yang hasil studinya menyatakan bahwa pasien penderita kanker, khususnya kanker serviks yang menjadi fokus studinya, menunjukkan adanya penggunaan obat tradisional yang diselingi dengan obat-obatan dari pengobatan konvensional sebanyak 61,8%. Hasil studinya juga menunjukkan adanya hubungan antara tingkat stadium kanker yang diderita oleh pasien kanker serviks dengan pengomsumsian obat-obatan tradisional. Pasien yang baru pada tahapan awal stadium I mengomsumsi obat-obatan tradisional dengan harapan pencegahan penyakit kanker agar tidak semakin parah. Dari pengomsumsian obat-obatan tradisional dianggap memiliki efek sedikit membantu proses penyembuhan menurut pasien penderita kanker yang mengomsumsi obat-obatan tradisional. Sedangkan menurut Lee et al 2018 menyatakan bahwa pasien penderita kanker dengan permasalahan sulitnya untuk tidur karena kondisi fisik dan psikis yang terguncang akibat mengidap kanker diberikan obat tradisional, Gamiguibi-tang, untuk membantu para pengidap kanker dapat tertidur dengan mudah dan tanpa ganggung. setelah dilakukan uji selama 2 minggu dianggap bahwa obat tradisional dapat membantu sedikit untuk mengatasi permasalahan sulit tidur yang dirasakan oleh para pasien pengidap kanker. Dapat disimpulkan dari kedua studi tersebut bahwasannya obat tradisional dianggap sebagai sebuah pelengkap untuk proses penyembuhan seseorang dari penyakit kanker. Hal ini sesuai dengan hasil temuan studi dari Radji et al 2010 yang menyatakan bahwa obat-obatan tradisional dianggap sebagai proses pencegahan penyakit kanker yang lebih parah, dan dari studi Lee et al 2018 yang menyatakan bahwa obat tradisional dapat membantu proses penanganan kondisi dari pasien pengidap kanker setidaknya dengan memperingan efek sakit yang dihasilkan dari kanker. Selanjutnya studi dari Nishida et al 2015 menyatakan bahwa di Jepang obat tradisional menajadi salah satu pengobatan yang terpercaya untuk menangani sebuah penyakit, khususnya mengenai peripheral coldness yang menjadi fokus pada studi yang dilakukan. Penggunaan obat tradisional, Tokishigyakukagoshuyushokyoto TJ-38 diberikan selama 8 minggu percobaan dan hasilnya menunjukkan hal yang positif, dimana TJ-38 dianggap dapat memperlancar aliran darah para perempuan yang sering menghadapi masalah terkait peripheral coldness dan mengatasi persepsi terkait dingin yang meyerang. Hal ini dapat disimpulkan bahwa obat tradisional dapat mengatasi permasalahan secara efektif dan tidak kalah dengan pengobatan yang dilakukan secara konvensional, terlebih Jepang merupakan salah satu negara yang meyakini bahwa pengobatan tradisional menjadi sebuah pilihan utama dalam pengobatan. Namun terdapat studi yang dianggap kontadiksi dari studi-studi mengenai pengobatan tradisional sebelumnya. Studi yang pertama dari Auberbatch et al 2012 yang menyatakan bahwa penggunaan bahan alami yang salah dapat menimbulkan efek negatif berupa penyakit kronis lainnya. Hasil studi menunjukkan bahwa terdapat kesalahan dalam menggunakan bahan-bahan alami untuk pengobatan tradisional para pengidap HIV/AIDS, dan pada akhirnya menimbulkan penyakit Liver karena penggunaan bahan yang salah. Studi selanjutnya dari Haile et al 2017 menyatakan bahwa penggunaan obat-obat tradisional dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang, kecenderungan orang dengan tingkat pendidikan rendah akan dengan sembarangan mengguanakan obat-obat tradisional tanpa tahu kandung serta efek samping dari pengomsumsian obat tradisional tersebut, dan kebanyakan seseroang mengomsumsi obat tradisional hanya karena saran dari kerabat ataupun teman tanpa menelusurinya lebih lanjut. Dan studi yang terakhir dari Willcox et al 2004 yang menyatakan dalam menangani permasalahan malaria tidak sedikit orang yang menggunakan obat-obatan tradisional, namun mereka yang mengomsumsi obat-obatan tradisional tersebut belum mengetahui keamanan serta kemanjuran dari obat tradisiona; tersebut, tidak adanya dosis yang pasti dalam pengomsumsian obat, dan jenis variasi tanaman obat yang tidak diukur dan dipertimbangkan komposisisnya. Dapat disimpulkan dari studi tersebut bahwa pengobatan tradisional juga dapat membawa dampak yang negatif karena ketidaktahuan seseroang dalam mengomsumsinya sehingga dapat menimbulkan efek yang negatif dan berbahaya. Oleh karena penting untuk mengetahui mengenai khasiat, manfaat, serta efek samping dalam mengomsumsi obat-obatan tradisional. Pengobatan Tradisional di Indonesia Pengobatan tradisional sudah ada di Indonesia sedari lama dan merupakan warisan dari nenek moyang yang terus dijaga dan dilestarikan oleh kelompok-kelompok masyarakat yang ada di Indonesia. Alasan pelestarian tersebut adalah karena merupakan bagian dari adat maupun tradisi yang harus tetap dipertahankan agar tidak hilang begitu saja. Salah satunya adalah mengenai pengobatan dengan menggunakan bahan-bahan alami yang diyakini dapat menyembuhkan sebuah penyakit. Berikut adalah studi-studi yang menggambarkan kondisi pengobatan tradisional yang ada di Indonesia. Studi pertama ada dari Triratnawati 2010 yang menyatakan bahwa pengobatan tradisional di Indonesia menjadi hal yang dipilih oleh masyarakat menengah bawah dengan alasan mudah untuk diakses karena murah, mudah dijangkau karena tidak mengharuskan pergi dari rumah, dan tidak memiliki efek samping yang begitu berbahaya. Perlu adanya kesetaraan antara pengaksesan dalam layanan kesehatan baik secara konvensional maupun tradisional, mengingat masyarakat Indonesia yang beragam dari status ekonomi dan pengetahuan mengenai pengobatan. Dapat disimpulkan bahwa perlu adanya pemerataan dalam sistem pengobatan yang ada di Indonesia, baik dari yang konvensional maupun yang tradisional agar adanya kesetaraan di antara masyarakat dari berbagai kelas. Studi selanjutnya dari Dewoto 2007 yang menyatakan bahwa perlu adanya pengujian secara klinis untuk obat-obatan tradisional agar dapat diketahui bagaimana khasiat, manfaat, maupun efek samping yang dihasilkan. Oleh karenanya hadir fitofarmaka sebagai wujud pengembangan dari obat-obatan tradisional yang ada di Indonesia dan sifatnya sudah lulus ujis secara klinis, namun hal ini masih terbilang minim karena ranah medis masih enggan untuk menjadikan obat-obatan tradisional sebagai fitofarmaka yang dapat dijadikan sebagai pelayanan kesehatan formal. Dapat disimpulkan bahwa perkembangan pengobatan tradisional sudah berkembang dan bertranformasi menjadi fitofarmaka yang dapat menjadi pelayanan kesehatan formal, namun hal ini perlu dukungan dari semua pihak agar dapat terwujud pengembangan pengobatan tradisional. Studi selanjutnya dari Mulyani et al 2016 yang meyatakan bahwa obat-obatan tradisional dapat menyembuhkan berbagai penyakit dalam yang berdasar pada manuskrip jawa Serat Primbon Jampi Jawi Jilid I yang ditelah diterjemahkan sebagai alat untuk melakukan analisis. Dalam manuskirp tersebut tercatat bahan-bahan yang bersifat tradisional dapat menyembuhkan penyakit, khususnya penyakit dalam yang dipercayai oleh orang Jawa karena merupakan produk dari nenek moyang yang ditinggalkan dalam bentuk tulisan. Dapat disimpulkan dari studi tersebut bahwa pengobatan tradisional memang merupakan warisan dari para leluhur atau nenek moyang yang terus dilestarikan secara turun-temurun sebagai bagian dari tradisi maupun adat pada suatu kelompok atau wilayah. Studi selanjutnya dari Ningsi et al 2018 yang menyatakan bahwa Suku Muna di Indonesia masih menjadikan tumbuhan Soliti sebagai sebuah pengobatan tradisional yang membawa banyak manfaat, mulai dari penyembuhan pada penyakit katarak hingga obat bagi perempuan yang habis melahirkan. Tumbuhan Soliti dianggap sebagai pengobatan yang efektif dan manjur karena resiko akan efek samping tebilang kecil, biaya relatif murah, sebagai alternatif pengobatan, dan mudah untuk didapatkan. Selain itu dengan pemanfaatan tumbuhan Soliti sebagai pengobatan tradisional juga dapat mewujudkan kearifan lokal yang ada dengan fungsi sosial-budaya, ekonomi, dan keyakinan masyarakat yang terus terjaga. Dapat disimpulkan bahwa masih terdapat kelompok yang melestarikan dan menjaga adat serta tradisi terkait pengobatan tradisional di Indonesia Berbeda dari studi sebelumnya yang dapat dikatakan melestarikan adat dan tradisi dalam pengobatan tadisional, studi yang terakhir dari Ningsih 2016 menyatakan bahwa masyarakat Suku Tengger yang berada di Kabupaten Lumajang dan Malang telah sedikit melupakan tradisi terkait pengobatan tradisional dengan menggunakan tumbuhan-tumbuhan yang menjadi ciri khas dari Suku Tengger. Hal ini dikarenakan adanya budaya modernisasi yang mulai melunturkan kelestarian dalam pengobatan tradisional, untuk itu perlu ditingkatkan lagi proses pelestarian adat dan tadisi dalam pengobatan tradisional yang khas dari Suku Tengger di kawasan Kabupaten Lumajang dan Malang. Dapat disimpulkan bahwa pengobatan tradisional yang sifatnya turun-temurun dapat hilang apabila tidak dilestarikan karena adanya perubahan zaman, oleh karenanya butuh komitmen kuat untuk dapat mempertahankan adat dan tadisi mengenai pengobatan tradisional yang khas. Persepsi Terhadap Pengobatan Tradisional Pembahasan selajutnya akan membahas mengenai bagaimana pandangan atau persepsi dari masyarakat yang ada di Indonesia terkait dengan pengobatan tradisional yang eksis di Indonesia. Berikut adalah hasil studi yang didapatkan Studi dari Hidayati & Perwitasari 2011 menyatakan bahwa tingkat persepsi masyarakat Indonesia terhadap pengobtan tradisional sudah baik, ditandai dengan percayanya masyarakat dalam pengomsumsian obat-obatan tradisional. Hasil dari studi yang dilakukan menunjukkan bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap penggunaan pengobatan tradisional. Hal ini dapat didukung dari studi yang dikemukakan oleh Ismarani 2013 yang menyatakan bahwa orang yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan cenderung untuk tidak menggunakan obat-obatan tradisional, namun bukan berarti menutup diri akan mengomsumsi obat tradisional, orang dengan status pendidikan tinggi akan menggunakan obat-obatan tradisional saat sudah terpercaya kekhasiatannya dan menggunakannya saat sedang sakit saja. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan obat-obatan tradisional bagi masyarakat Indonesia bukanlah suatu hal yang aneh dan dihindari, namun memang beberapa dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang dimiliki oleh seseorang. Seseorang cenderung tidak menggunakan obat-obatan tradisional saat mereka memiliki status pendidikan yang tinggi dan lebih memiliki pergi ke pengobatan konvensional seperti rumah sakit. Namun hal ini tidak menutup kemungkinan untuk mereka dapat mengomsumsi obat-obatan tradisional, mereka yang memiliki status pendidikan tiggi akan mengomsumsi obat tradisional saat mereka sedang sakit. Tetapi secara keseluruhan persepsi masyarakat Indonesia terhadap pengobatan tradisional dinilai cukup baik. V. Kesimpulan Pengobatan tradisional menjadi salah satu alternatif untuk pengobatan kesehatan di Indonesia. Hal ini dikarenakan pengobatan tradisional merupakan warisan dari para leluhur dan nenek moyang yang perlu dijaga dan dilestarikan meskipun adanya pengaruh modernisasi sebagai sebuah perkembangan zaman. Meskipun demikian pengobatan tradisional semakin berkembang dan eksis di masyarakat di seluruh negara, khususnya Indonesia. Pengobatan tradisional menjadi alternatif yang sangat cocok untuk masyarakat kalangan kelas menengah bawah karena mudah untuk diakses murah, mudah untuk dijangkau dekat, dan tidak memiliki efek samping yang begitu besar. Kendati demikian masih terdapat permasalahan terkait dengan pengobatan tradisional yang dianggap sebagi hal yang tidak perlu diketahui lebih dalam bagi beberapa masyarakat yang pada akhirnya dapat menimbulkan efek negatif bagi kehidupan. Kurangnya sosialisasi terkait dengan pengobatan tradisional dalam hal khasiat, manfaat, maupun efek samping dengan pengetahuan masyarakat yang masih terbatas terkait pengobatan tradisional menjadikan timbulnya sebuah permasalahan terkait hal tersebut. Oleh karena itu perlu adanya dukungan dari semua pihak untuk terus dapat mengembangkan pengobatan tradisional yang dapat menjadi sebuah alternatif pilihan pengobatan bagi setiap orang tanpa merendahkan pengobatan secara konvensional. Sehingga antara pengobatan tradisional dengan pengobatan konvensional dapat berjalan beriiringan dan saling melengkapi satu sama lain. REFERENSI Aditama, T. Y. 2014. Jamu dan Kesehatan. Jakarta Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Auerbach, B. J., et al. 2012. Traditional Herbal Medicine Use Associated with Liver Fibrosis in Rural Rakai, Uganda. PLOS ONE. Vol. 07 No. 11. Dewoto, H. R. 2007. Pengembangan Obat Tradisional Indonesia Menjadi Fitofarmaka. Maj Kedokteran Indonesia. Vol. 57. Ersam, T. 2004. Keunggulan Biodiversitas Hutan Tropika Indonesia dalam Merekayasa Model Molekul Alami. Prosiding Seminar Nasional Kimia VI. ITS Surabaya. Green B. N., et al. 2006. Writing Narrative Literature Reviews for Peer-reviewed Journals Secrets of the Trade. Journal of Chiropractic Medicine. Vol. 5 101–117. Greenhalgh T., et al. Protocol–realist and Meta-narrative Evidence Synthesis Evolving Standards Rameses. BMC Medical Research Methodology. 115. Haile, K. T., et al. 2017. Traditional Herbal Medicine Use Among People Living with HIV/AIDS in Gondar, Ethiopia Do Their Health Care Providers Know?. ELSEVIER. Vol. 35 14-19. Hariana, A. 2005. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Seri I. Jakarta Penebar Swadaya. Hidayati, A., Dyah A. P. 2011. Persepsi Pengunjung Apotek Mengenai Penggunaan Obat Bahan Alam sebagai Alternatif Pengobatan di Kelurahan Muja Muju Kecamatan Umbul Harjo Kota Yogyakarta. Kerjasama Fakultas Farmasi dan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan. ISBN 978-979-18458-4-7. Ismarani. 2013. Kajian Persepsi Konsumen Terhadap Penggunaan Obat Herbal Kasus di UNISMA Bekasi. CEFARS Jurnal Agribisnis dan Pengembangan Wilayah. Vol. 04 Kemenkes RI, Ditjen BUK. 2010 Pengobatan Komplementer Tradisional – Alternatif. Diakses melalui 17 Desember 2019. Komalasari, O., dan Jumiarni W. 2017. Eksplorasi Jenis dan Pemanfaatan Tumbuhan Obat Pada Masyarakat Suku Muna di Permukiman Kota Wuna. Traditional Medicine Journal. Vol. 22 45-56. Lee, J. Y., et al. 2017. Efficacy and Safety of The Traditional Herbal Medicine, Gamiguibi-tang, in Patients with Cancer-Related Sleep Disturbance A Prospective, Randomized, Wait-List-Controlled, Pilot Study. Integrative Cancer Therapies. Vol. 17 No. 02 524-530. Liberati A., et al. 2009. Moher D. The Prisma Statement for Reporting Systematic Reviews and Meta-analyses of Studies that Evaluate Health Care Interventions Explanation and Elaboration. Annals of Internal Medicine. Vol. 151 W-65. Mulyani, H., et al. 2016. Tumbuhan Herbal sebagai Jamu Pengobatan Tradisional Terhadap Penyakit Dalam Serat Primbon Jampi Jawi Jilid I. Jurnal Penelitian Humaniora. Vol. 21 No. 02 73-91. Ningsi et al. 2018. Pemanfaatan Tumbuhan Soliti Wrightia Aborea sebagai Pengobatan Herbal Tradisional pada Masyarakat Suku Muna. JPeB. Vol. 03 No. 02 32-40. Ningsih, Indah Y. 2016. Studi Etnofarmasi Penggunaan Tumbuhan Obat oleh Suku Tengger di Kabupaten Lumajang dan Malang, Jawa Timur. PHARMACY. Vol. 13 No. 01. Nishida, S., et al. 2015. Effect of Traditional Herbal Medicine on Peripheral Blood Flow in Women Experiencing Peripheral Coldness A Randomized Controlled Trial. Bio Med Central. Vol. 15 105. Paramita, S., et al. 2017. Pola Penggunaan Obat Bahan Alam sebagai Terapi Komplementer pada Pasien Hipertensi di Puskesmas. Jurnal Sains dan Kesehatan. Vol. 01 No. 07. Paré G., et al. 2015. Synthesizing Information Systems Knowledge A Typology of Literature Reviews. Information & Management. Vol. 52 183–199. Petersen K., et al. 2015. Guidelines for Conducting Systematic Mapping Studies in Software Engineering An Update. Information and Software Technology. Vol. 64 1–18. Purnamaswari, N. G. A. M. 2018. Kajian Penggunaan Obat Tradisional sebagai Komplementer dalam Mengobati Hipertensi di Universitas Surabaya. Calyptra Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya. Radji, M., et al. 2010. Penggunaan Obat Herbal pada Pasien Kanker Serviks. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia. Vol. 08 No. 01 33-39. Rosita, R. P. H. 2007. Penggalian IPTEK Etnomedisin di Gunung Gede Pangrango. Bul. Littro. Vol. 18 13-28. Smith V., et al. 2011. Methodology in Conducting a Systematic Review of Systematic Reviews of Healthcare Interventions. BMC Medical Research Methodology. Vol. 11 15. Sylvester A., et al. 2013. Beyond Synthesis Re-presenting Heterogeneous Research Literature. Behaviour & Information Technology. Vol. 32 1199–1215. Syukur, C., dan Hernani. 2002. Budidaya Tanaman Obat Komersial Cetakan 2. Jakarta Penebar Swadaya. Triratnawati, A. 2010. Pengobatan Tradisonal, Upaya Meminimalkan Biaya Kesehatan Masyarakat Desa di Jawa. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan. Vol. 13 No. 02 69-73. Willcox, M. L., dan Gerard B. 2004. Traditional Herbal Medicine for Malaria. BMJ. Vol. 329. Windardi, Rahayu., dan Rustiami. 2006. Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Bahan Obat oleh Masyarakat Lokal Suku Muna di Kecamatan Wakarumba, Kabupaten Muna, Sulawesi Utara. Biodiversitas. Vol. 7 333-339. Copy protected with ResearchGate has not been able to resolve any citations for this merupakan masalah kesehatan utama di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Penggunaan obat tradisional sebagai bagian dari pengobatan hipertensi semakin meningkat dalam dekade terakhir. Hal ini disebabkan adanya beberapa faktor, terutama harga obat tradisional yang dianggap lebih murah dengan efek samping yang dianggap lebih sedikit. Penelitian ini mencoba melihat pola penggunaan obat bahan alam sebagai terapi komplementer pada pasien hipertensi di Puskesmas. Penelitian merupakan studi deskriptif yang dilakukan di Puskesmas Sempaja Kota Samarinda pada periode September 2016, dengan mewawancarai 62 pasien hipertensi terkait penggunaan obat bahan alam. Hasil penelitian menunjukkan 70,9% pasien hipertensi di puskesmas juga menggunakan obat bahan alam. Seluruh pasien menggunakan obat bahan alam yang secara teori memang terbukti menurunkan tekanan darah. Namun demikian tidak ada obat bahan alam yang digunakan termasuk obat herbal terstandar atau fitofarmaka. Hanya 15,2% pasien yang menggunakan obat bahan alam yang sesuai dengan peraturan BPOM tentang kriteria jamu. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan masih perlunya edukasi penggunaan obat bahan alam di masyarakat untuk penatalaksanaan hipertensi. Jee Young LeeHye Kyung OhHan Sung RyuSeong Woo YoonBackground Sleep disturbance is the second most bothersome symptom in patients with cancer, and it can significantly impair their quality of life. The aim of this study was to investigate the efficacy and safety of the traditional herbal medicine Gamiguibi-tang GGBT in patients with cancer-related sleep disturbance. Methods We conducted a prospective, randomized, wait-list-controlled, open-label pilot clinical trial on cancer-related sleep disturbance. Patients with cancer experiencing poor sleep quality with a Pittsburgh Sleep Quality Index of at least 6 were randomly assigned to the GGBT and wait-list groups to receive GGBT and conventional care, respectively, for 2 weeks. The primary endpoint was the Insomnia Severity Index ISI score. Fatigue, depression, and cognitive impairment were assessed as the secondary endpoints by using the Brief Fatigue Inventory BFI, Beck Depression Inventory BDI, and Montreal Cognitive Assessment MoCA. Results Thirty participants who met the eligibility criteria were enrolled. Sleep disturbance assessed using the ISI improved significantly more in the GGBT group than in the wait-list group ± vs ± P 50% were 32% and 0%, respectively p = Mean values of percent recovery of skin temperature did not differ between the two groups. The present clinical trial supports that a traditional herbal medicine relieves peripheral coldness in women probably through the improvement of peripheral blood medicines have widely been used to treat many type of diseases despite the advance of standard or conventional therapy. In fact, many people in Indonesia use medicinal plant as their customary part of life. Therefore, it is necessary to further explore the use of herbal medicines through modern perception. In this study we would like to know the frequency and species of herbal medicines used among cervical cancer patients in National Cancer Hospital Dharmais, Jakarta, Indonesia and also to assess the relationship between age, education, jobs, stage of cancer, and payment status of the patients. The results were 61,8% patients used herbal medicines. The herbal medicines used most were mahkota dewa Phaleria macrocarpa Scheef. Boer!. temu putih Curcuma zedoaria Rose. and buah merah Pandanus conoideus Lam 17,6%. There was a significant relationship p=O,039between the use of herbal medicines and stage of cancer but no relationship between age, education, occupation, income and payment status with the use of herbal MulyaniSri Harti Widyastuti Venny EkowatiPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis tumbuhan herbal yang dimanfaatkan sebagai pengobatan tradisional terhadap penyakit dalam manuskrip Jawa, yakni Serat Primbon Jampi Jawi Jilid I SPJJ I koleksi Reksapustaka Mangkunegaran Surakarta. Metode yang digunakan adalah deskriptif-analitis dengan pendekatan ilologi modern. Pendekatan ilologi modern digunakan untuk membedah manuskrip SPJJ I. Deskripsi dilakukan untuk tumbuhan herbal yang bermanfaat sebagai pengobatan tradisional terhadap penyakit dan analisis kandungan beserta khasiatnya. Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa tumbuhan herbal yang ditemukan terdiri atas akar, rimpang, umbi, kulit kayu, batang, daun, bunga, buah, dan biji. Di samping itu, juga ditemukan bahan-bahan jamu sebagai pelengkapnya, yaitu, garam, inggu, tembakau sata awon, air jeruk nipis, air jeruk purut, air perasan daun iler, air susu ibu, air tawar dingin, panas, dan cuka. Cara pengolahan bahan racikan jamu, yaitu dibakar, digigit-gigit, digoreng, dihaluskan dipipis, didheplok, digerus, dijemur, dikukus, direbus, dan direndam. Adapun cara pemberian jamu, yaitu di-borèh-kan, di-cekok-kan, diminumkan, di-param-kan, di-pupuk-kan, dan di-tapel-kanBackground People living with HIV/AIDS PLWHA are increasingly using herbal remedies due to the chronic nature of the disease, the complexities of treatment modalities and the difficulty in adhering to the therapeutic regimens. Yet, research on herbal medicine use in this patient population is scarce in Ethiopia. The present study aimed at investigating the prevalence and factors associated with the use of traditional herbal medicine among PLWHA in Gondar, Ethiopia. Methods A cross sectional survey was conducted on 360 PLWHA attending the outpatient clinic of University of Gondar referral and teaching hospital from September 1 to 30, 2016. A questionnaire about the socio-demographic, disease characteristics as well as traditional herbal medicine use was filled by the respondents. Descriptive statistics, univariate and multivariate logistic regression analyses were performed to determine prevalence and correlates of herbal medicine use. Results Out of 360 respondents, 255 used traditional herbal medicine. The most common herbal preparations used by PLWHA were Ginger Zingiber officinale 47%, Garlic Allium sativum L. and Moringa Moringa stenopetala Majority of herbal medicine users rarely disclose their use of herbal medicines to their health care providers Only lower educational status was found to be strong predictors of herbal medicine use in the multivariate logistic regression. Conclusions The use of herbal medicine among PLWHA is a routine practice and associated with a lower educational status. Patients also rarely disclose their use of herbal medicines to their health care providers. From the stand point of high prevalence and low disclosure rate, health care providers should often consult patients regarding herbal medicine Systematic mapping studies are used to structure a research area, while systematic reviews are focused on gathering and synthesizing evidence. The most recent guidelines for systematic mapping are from 2008. Since that time, many suggestions have been made of how to improve systematic literature reviews SLRs. There is a need to evaluate how researchers conduct the process of systematic mapping and identify how the guidelines should be updated based on the lessons learned from the existing systematic maps and SLR guidelines. Objective To identify how the systematic mapping process is conducted including search, study selection, analysis and presentation of data, etc.; to identify improvement potentials in conducting the systematic mapping process and updating the guidelines accordingly. Method We conducted a systematic mapping study of systematic maps, considering some practices of systematic review guidelines as well in particular in relation to defining the search and to conduct a quality assessment. Results In a large number of studies multiple guidelines are used and combined, which leads to different ways in conducting mapping studies. The reason for combining guidelines was that they differed in the recommendations given. Conclusion The most frequently followed guidelines are not sufficient alone. Hence, there was a need to provide an update of how to conduct systematic mapping studies. New guidelines have been proposed consolidating existing article examines the nature, role and function of the literature review in academic discourse. Researchers in information systems IS are often advised to espouse a neutral viewpoint and adapt the goal of synthesising previous literature when conducting a literature review. However, since research literature in many areas of IS is diverse and heterogeneous, this synthesis is not value neutral, but is a construction of the researchers. We suggest that other goals and viewpoints for reviewing and presenting previous literature are possible, and in some cases, desirable. Using the example of service quality literature, we use a lens of historical discourse, and techniques of soft systems analysis and rich pictures, to present previous research literature on ServQual-related research in IS and electronic commerce. We identify seven stories’ from service quality research literature and analyse the clients, actors, transformations, world-view weltanschauung, owners and environment in each story. We conclude that alternative presentations of research literature can offer fresh insights, especially in areas where the research literature is diffuse, contradictory and heterogeneous.

orang yang mengobati secara tradisional